Rabu, 01 Januari 2014

LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN STUDI LAPANGAN KELAS X SMA N 10 YK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DI MUSEUM SANGIRAN DAN KERATON SURAKARTA


LAPORAN KEGIATAN
PELAKSANAAN

STUDI LAPANGAN
KELAS X SMA N 10 YK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DI MUSEUM SANGIRAN DAN
KERATON SURAKARTA


617691677-a69ebc391ba1453719d4fb354eb06dfc.5003d810-full.jpg
Oleh:
1.)    Surya Aditya / XE / 27
2.)    David Sulaiman Trivani W / XE / 10
3.)    Yazra Mohammad / XE / 33
4.)    Cahya Lintang Pertiwi / XE / 08
5.)    Nadya Ika Evitarini / XE / 21




DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
SMA NEGERI 10 YK

Halaman Pengesahan
LAPORAN
STUDI LAPANGAN
KELAS X SMA N 10 YK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DI MUSEUM SANGIRAN DAN
KERATON SURAKARTA

Pada:
Hari                 : Selasa
Tangaal            : 26 Februari 2013



Mengetahui Kepala sekolah                                                    Ketua Panitia
SMA Negeri 10 Yogyakarta                                                  




Drs. BASUKI                                                                         Drs. ACR. SUSBANDARU
NIP. 19591012 1989001006                                                  NIP. 19600204 1987001006





DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA

Kata Pengantar:

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan studi lapangan di Museum Sangiran dan Keraton Surakarta. Dan kepada Bapak Kepala Sekolah SMAN 10 Yogyakarta dan Ketua Panitia yang sudah menyelenggarakan studi lapangan ini.

Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.


Yogyakarta, 27 Februari 2013



Surya Aditya
Ketua kelompok 28


Daftar Isi:

m Halaman Pengesahan....................................................................................................Hal 2
m Kata Pengantar..............................................................................................................Hal 3
m Daftar Isi........................................................................................................................Hal 3
m Daftar Lampiran............................................................................................................Hal 3
m Bab I..............................................................................................................................Hal 4
m Bab II.............................................................................................................................Hal 5
m Bab III...........................................................................................................................Hal 8
m Bab IV...........................................................................................................................Hal 8
m Penutup........................................................................................................................Hal 22
m Daftar Pustaka............................................................................................................ Hal 24



Daftar Lampiran:
          Berupa foto hasil objek penelitian di museum Sangiran.





Bab I:
         
v  Latar Belakang Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai
Objek di lapangan bagi para siswa sekaligus memerikan kesempatan mengaplikasikan teori dan praktik di lapangan. Dikarenakan kurangnya praktek di sekolah-sekolah. Dengan diadakanna studi lapangan ini maka dapat memperdalam pelajaran yang akan dipelajari para siswa. Musium Sangiran adalah salah satu museum purbakala yang ada di Indonesia, di museum ini terdapat banyak sisa-sisa peninggalan purbakalaseperti tulang, kerang, tanah dan lain-lain. Para wisatawan yag dating pun beragam mulai dari wisatawan local atau domestik, pelajar, mahasiswa, arkeolog, bahkan wisatawan mancanegara dating kemusium ini sekedar untuk melihat koleksi yang ada bahkan mengamati dan menelitinya.
Sedangkan Pasar Klewer merupakan salah satu pasar warisan budaya yang terletak di dekat keraton Solo. Pasar ini dapat bertahan karena letaknya yang strategis serta barang-barang tekstil yang diseiakan sebagian besar berkualitas baik dengan harga terjangkau. Tak salah jika tempat ini selanjutnya menjadi pusat grosir terkenal diIndonesia.


v  Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan cara pembelajaran siswa. Yaitu dengan penggabungan teori dan praktek akan meningkatkan kualitas belajar para siswa. Dengan demikian studi lapangan ini sangat membantu para siswa dalam pembelajaran.
1)      Bagaimana Sejarah Museum Sangiran
2)      Bagaimana isi koleksi di Museum Sangiran
3)      Bagaimana cara meningkatkan cara pembelajaran siswa
4)      Bagaimana mengetahui penjelasan pemandu akan Museum Sangiran
5)       Bagaimana proses terbentuknya Sangiran?
6)       Bagaimana pengungkap situs sejarah Sangiran ?

v  Tujuan Penelitian
ü  Mempersiapkan diri para siswa dalam mengkomunikasikan materi pembelajaran yag diterima disekolah dengan lingkungan sekitar
ü  Untuk mengetahui sejarah situs Sangiran hingga dapat terkenal dikalangan situs-situs
ü  Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang telah ditemukan di Situs Sangiran


v  Tempat dan Waktu Penelitian
Sangiran, Srangen, Jawa Tengah dan Keraton Surakarta, Jawa Tengah
Hari: Selasa, Tanggal: 26 Februari 2013



BAB II:
Dasar  Teori
Ø  Geografi
Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Zaman Prakambrium lebih tua dari zaman Kambrium, di mana lapisan-lapisannya terdapat di bawah lapisan-lapisan yang mengandung fosil. Jelasnya, lapisan batuan baru dikatakan pasti berumur Prakambrium jika tertutup lapisan yang berfosil Kambrium. Penampakan batuan Prakambrium sangat jarang sekali dijumpai di permukaan bumi, hanya di beberapa daerah dan terbatas pada tempat tertentu. Diperkirakan batuan Prakambrium tampak di permukaan bumi karena batuan-batuan itu sejak terjadi tidak pernah tertutup oleh sedimen yang lebih muda dan sedimen-sedimen muda yang ada sudah habis terkikis oleh erosi. Umumnya daerah-daerah itu merupakan bagian pusat benua. Karena bentuknya agak melingkar dan permukaannya sedikit cembung maka inti-inti Prakambrium disebut perisai benua. Di sekitar bagian pusat yang berbentuk perisai itu, lapisan Prakambrium tertutup oleh lapisanlapisan yang lebih muda, makin jauh dari bagian pusat akan semakin tebal. Lapisan Prakambrium terdiri atas batuan-batuan berhablur, baik yang berasal dari pembekuan magma cair, maupun dari peleburan dan penghabluran kembali sedimen-sedimen dan batu-batuan lainnya, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dan fisis pada sedimen-sedimen dan batuan beku.
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.

Ø  Sejarah
Sangiran adalah sebuah desa di kelurahana Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen,  Provinsi Jawa Tengah. Desa tersebut dikenal sebagai situs prasejarah yang kaya dengan temuan fosil manusia dan hewan purba. Selain itu di Sangiran juga banyak ditemukan alat-alat batu peninggalan manusia prasejarah yang dulu pernah hidup disana.
Situs Sangiran terletak kira-kira 15 km di sebelah utara kota Surakarta. Situs ini luas arealnya kira-kira 6x15 km. sebagai suatu situs sebagian arealnya terletak di wilayah kabupaten sragen, sebagian lagi terletak di wilayah kabupaten Karanganyar. Situs ini pernah diteliti oleh berbagai ahli dengan latar belakang yang berbeda. Disiplin Paleoantropologi dan Paleontologi memusatkan penelitian pada temuan fosil-fosilnya, disiplin geologi pada struktur dan stratigrafinya.

Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan= besar, Anthropus= manusia, Paleo= tua, Javanicus= dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.

Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak. Paling tidak terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia, yaituPithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis. Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.

Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.


Ø  Biologi

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu ataumineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.

Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut jeung, "lintah laut", atau hagfish),amfibia, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai. Vertebrata memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru.
Mollusca berarti hewan yang bertubuh lunak. Sering kita jumpai hewan ini, baik di darat ataupun perairan. Hewan ini memiliki sifat kosmopolit, artinya hewan ini terdapat di mana-mana. Hewan ini sebagian besar dilindungi oleh cangkang meskipun ada juga yang tidak memiliki cangkang. Mollusca sudah memiliki sistem pencernaan, peredaran darah, respirasi, ekskresi, reproduksi, dan juga sistem saraf.

Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yangbereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Ø  Ekonomi
Pasar Klewer merupakan pusat pasar dimana sebagian besar aktivitas warga Solo berpusat disana. Dari pakaian atau tekstil yang mendominasi, makanan, sampai ke pernak pernik perhiasan dijual disana. Letaknya berdekatan dengan Keraton Solo dan alun-alun, sehingga hampir setiap hari daerah ini tak pernah sepi dari hiruk pikuknya jalan.
Semenjak dibangun pada 1970, perkembangan Pasar Klewer Solo bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya. Melesat untuk kemudian menjadi pasar tekstil yang besar. Bahkan, mungkin salah satu yang terbesar di Indonesia.Karena itu tak mengherankan bila kini, menurut data dari Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) dan Dinas Pasar Klewer, jumlah pedagang di pasar tersebut adalah 1.467 pedagang. Hebatnya lagi, dari jumlah pedagang sebanyak itu, uang yang berputar setiap harinya (transaksi berjalan) Rp 5 miliar - Rp 6 miliar.
Eceran adalah menjual barang secara sedikit-sedikit atau satu-satu.
Grosir adalah menjual barang dengan jumlah banyak atau secara besar-besaran.
Asal sumber barang bisa berasal dari membuat sendiri barangnya atau membeli dari perusahaan lain.
BAB III:

          Metode penelitian:
1.)    Dengan cara mencatat penjelasan pemandu
2.)    Dengan cara mendokumentasikan foto-foto dilapangan
3.)    Dengan cara mencatat keterangan di museum sangiran
BAB IV:
è  Geografi
1)      Penjelasan “Teori Ledakan Besar (big bang)”
Alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin. Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.
2)      Penjelasan pembagian zaman:
a)      Prakambrium
§  Azoikum: belum terdapat kehidupan
§  Prolerozoikum: umur 3500 juta tahun yang lalu, mulai ada kehidupan (hewan tanpa kulit luar)
b)      Paleozoikum
§  Kambrium: 500 juta tahun yang lalu. Endapan yang terbentuk pada masa Kambrium banyak ditemukan fosil sehingga banyaklah yang dapat diketahui tentang keadaan kehidupan masa itu. Masa ini ditandai oleh adanya endapan-endapan yang mengandung jasad-jasad fosil yang telah mencapai tingkat perkembangan yang tinggi
§  Silur: 390 juta tahun yang lalu. Pada zaman Silur, penyebaran fauna lebih luas dibandingkan dengan masa Kambrium. Banyak kelompok binatang baru muncul pada zaman Silur ini. Di antaranya yang terpenting adalah Vertebrata atau binatang bertulang punggung. Graptalit adalah ciri fosil penujuk pada masa Silur dan merupakan kumpulan/kalori binatang kecil yang disebut Rabdosoma.
§  Devon: 310 juta tahun yang lalu. Zaman ini bercirikan munculnya tumbuh-tumbuhan darat dan binatang bertulang punggung. Di laut dijumpai perkembangan luas kelompok-kelompok binatang yang tidak bertulang punggung, seperti Amronit. Pada dasarnya Devon terbagi atas 3 macam, yaitu Devon bawah, Devon tengah, dan Devon atas.
§  Karbon: 275 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan timbulnya sejumlah besar karbon bebas di pelbagai bagian dunia. Karbon atau Carbonium atau Arang ini amat berpengaruh pada keadaan cuaca/iklim. Pada zaman Karbon ini terjadi pembentukan pegunungan; hal-hal inilah yang menyebabkan zaman
Karbon dapat dikenal dengan nyata. Terjadinya batu bara sangat erat hubungannya dengan pengangkatan dan pembentukan pegunungan. Adanya karang menunjukkan iklim sedang yang agak panas; adanya sedimen Klasika yang berwarna merah dengan rekah kerut menandakan iklim kering/arid. Adanya tumbuh-tumbuhan dengan daun yang cukup rindang menunjukkan adanya pelembagaan. Tidak adanya lingkaran tahun pada batang-batang serta tumbuh terus, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang menyolok. Endapan batu bara yang berwarna merah menunjukkan peninggalan yang kering dan gersang.
§  Perm: 230 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri perm ialah bahwa letak lapisan yang diskor dan di atas karbon mengandung batu bara, juga adanya penyimpangan fauna laut dari 2 karbon fosil pada zaman Paleozoikum akhir.
Di Indonesia peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil, besi di Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal (kegiatan vulkanik). Di Sumatera berupa gamping dan koral disertai dengan batuan dari gunung berapi. Lapisan perm mengandung
minyak, koalium (bahan porselin), lempung keramik, besi, dan batu bara
.
c)      Mesozoikum
Masa Mesozoikum terdiri atas zaman kapur, jura, dan trias. Zaman kapur berumur kurang lebih 90 juta tahun, jura 140 tahun, dan trias 190 tahun. Ketiga zaman ini disebut tingkat kehidupan pertengahan. Keadaan iklim pada waktu itu adalah panas dan basah. Hal ini dapat diketahui dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan flora dan fauna yang ada pada saat itu. Pada zaman ini mulai timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berdaun lebar, binatang melata, amfibi, dan ikan serta binatang menyusui pertama. Kehidupan flora dan fauna penyebarannya
terbatas.
§  Trias: 190 juta tahun yang lalu
§  Yura: 145 juta tahun yang lalu
§  Kapur: 110 juta tahun yang lalu

d)     Nezoikum
§  Zaman Tersier
Zaman tersier terbagi menjadi zaman eosen, oligosen, dan pleiosen. Zaman eosen berumur 70 juta, oligosen 42 juta tahun, miosen 30 juta tahun, dan pleiosen 16 juta tahun. Pada zaman tersier tumbuh-tumbuhan berkembang biak dan meluas ke seluruh wilayah kontinen, demikian juga mulai timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berbunga. Binatang menyusui dan burung-burung mulai meluas pada zaman ini. Keadaan iklim tidak begitu berbeda dengan zaman sekunder. Pada zaman ini batu bara muda mulai terbentuk.
§  Zaman Kwartir
Zaman kwartir terdiri atas zaman pleistosen atau dilluvium dan zaman holosen atau alluvium. Kedua zaman ini berumur kurang lebih 3 juta tahun yang lalu. Pada zaman kwartir telah muncul manusia pertama.







3)      Formasi batuan yang menyusun daerah Sangiran
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgadWeX_0phXvO7zbtR1w-IVRzx0n88_YzB0ZtTvGdOokoYOhzn9vKI8mw__T5LfiabQ7_8s86gMBsn7PYTwbdAkil9nBT-3nBLJZbxoy39sxqHK8MtOpLMYd6JWU1qjD2xl8KYotIwZfxX/s1600/2.jpg
a)      Formasi Kalibeng
Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes) dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu. Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130 meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan moluska air payau.
                         b)  Formasi Pucangan
                                                Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci
c)   Formasi Kabuh
                                                Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial (F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics). Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunungapi yang berupa batupasir dan konglomerat. Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m. Alat-alat batu purba ditemukan pada formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang hidup adalah kura-kura, babi, badak, banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu seperti tersebut di atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal alat -alat perburuan dalam rangka memenuhi kebutuhan.
d)   Formasi Notopuro
Formasi Notopuro berumur plestosen atas, yang terdiri dari endapan lahar yang berbentuk breksi andesit dan konglomerat. Dengan adanya breksi laharik dan batupasir silangsiur dengan ketebalan sekitar 2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa pada masa Plestosen Atas telah terjadi banjir lahar yang besar.
4)      Profil tanah yang teradapat di Sangiran:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgSGDjao9-NYwGOf8hZHWk7JnPz5iWuP1v4u4bvYK1h__bMVYPcYHleMG8NZRstRihHRf_3Ka9g-qEpq6_otr3jFntj6yjbuqIOEx_C5Rekg1zSSMAYKNAh-mhza7L55K6OLdaUKjVq2WN/s1600/3.jpg

a)      Breksi Vulkanik Notopuro
tersusun oleh material vulkanis seperti batu pasir vulkanis, konglomerat dan breksi dengan fragmen batuan beku andesit
b)      Pasir dan tufa kabuh
ketebalan lapisannya sekitar 3-16 meter merupakan batu pasir dengan struktur silang siur yang menunjukkan hasil endapan sungai. Terjadi pada kala Pleistocene tengah.
c)      Grenzbank
Grenzbank yang merupakan lapisan pembatas antara formasi Pucangan dengan Kabuh
d)     Lempung hitam Pucangan
lempung yang merupakan pengendapan rawa-rawa, pada formasi ini terdapat sisipan endapan molusca marine yang menunjukkan bahwa pada waktu itu pernah terjadi transgresi laut
e)     Lempung Kalibeng
berupa endapan lempung dan lanau hasil sedimentasi air payau dengan kandungan moluska jenis corbicula


5)      Contoh Batuan yang ada di daerah Sangiran:
·         Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat serpih.
·         Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan lain-lain.
·         Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat.
·         Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.
·         Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Jenis batuan ini terjadi karena masuknya material batuan kedalam cangkang. Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah material berubah menjadi fosil, maka cangkang aslinya hancur.
·         Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin. Jenis batuan ini ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen.
·         Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang telah mongering dan mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari endapan dari Formasi Pucangan pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sangiran.
·         Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu kapur. Temuan dari situs Sangiran.
·         Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng.
·         Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Mud Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke permukaan bumi sambil membawa zat-zat dari dalam bumi. Dari penelitian diketahui bahwa material; mud volcano di situs Sangiran berasal dari Jerman tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu.
è  Sejarah
1)      Sangiran  , sejarah berdirinya Museum Sangiran.
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m². Museum tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa Krikilan.
Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan Pendopo Desa Dayu.
Tahin 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m². Bnagunannya antara lain terdiri dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/ Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang Perpustakaan, Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum Sangiran dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran Tambahan.
Tahun 2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini telah selesai didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.
2)      Koleksi fosil Sangiran:
a.) Fosil Manusia Purba
Australopithecus Africanus, Modjokertensis Pithecanthropus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Soloensis, Homo Neanderthals of Europe, Asia Homo Neanderthal, and Homo Sapiens.
b)  Fosil batuan / alat batu
Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.
Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom.
3)      Pola kehidupan manusia purba yang ditemukan di Sangiran
a)    Hidup berkelompok, ± 20 – 50 individu
b)    Nomaden, mengikuti binatang
c)    Hidup disekitar air, sudah mempunyai kepercayaan (dikarenakan air adalah sumber kehidupan)
d)    Sudah mengenal api ± 450.000 tahun yang lalu
4)      Sebab manusia purba ditemukan di sekitar sungai:
Dikarenakan manusia purba sudah mempunyai kepercayaan bahwa air adalah sumber kehidupan. Di sungai merupakan salah satu daerah yang tidak pernah kekurangan air dan makanan. Dan di sungai adalah daerah yang subur.
5)      Sebab Museum Sangiran terletak di kawasan Kubah Sangiran:
Terletak disekitar Kubah Sangiran, situs Sangiran merupakan doom (cekungan) ± 56 km² dengan ketinggian ± 120 m dpl.
6)      Ruangan yang terdapat di Museum Sangiran:
a)    Ruang Kekayaan Sangiran: berisi fosil-fosil Sangiran, Teori bigbang, dan gambaran                kehidupan erectus
b)    Ruang Langkah-Langkah Kemanusiaan: berisi Teori bigbang, hingga Sangiran tercipta, dan petualangan manusia purba di Nusantara
c)    Ruang Masa Keemasan: memamerkan hasil rekontruksi sempurna fosil-fosil manusia di Sangiran dan Flores, serta gambaran hutan terbuka ± 500.000 tahun yang lalu
7)      Manusia Purba yang pernah ditemukan di Indonesia
a)    Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan= besar, Anthropus= manusia, Paleo= tua, Javanicus= dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
            b)     Pithecanthropus erectus
Pithecanthropus erectus  ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak, dan tulang kaki.
            c)     Pithecanthropus mojokertensis
Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak.
            d)     Pithecanthropus soloensis
Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
            e)    Homo soloensis
       Homo soloensis, ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak. Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh manusia purba jenis ini antara lain, volume otak antara 1000 – 1300 cc; tinggi badan antara 130 – 210 cm; muka tidak menonjol ke depan; serta berjalan tegap secara bipedal (dua kaki). Homo soloensis diperkirakan pernah hidup antara 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
            f)     Homo wajakensis
       Homo wajakensis, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher. Ciri-ciri Homo wajakensis antara lain, memiliki muka lebar dan datar; hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol; tulang tengkorak sudah membulat; serta memiliki tonjolan yang agak mencolok di dahi. Homo wajakensis diperkirakan hidup antara 40.000 sampai 25.000 tahun yang lalu.
            g)    Homo floresiensis
       Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Ciri-ciriHomo floresiensis antara lain, tinggi badan kurang dari 1 meter; berbadan tegap; berjalan secara bipedal; volume otak sekitar 417cc; serta tidak memiliki dagu.
8)      Latar belakang orang yang pertama kali menemukan fosil manusia purba di Sangiran:
http://www.historici.nl/Onderzoek/Projecten/BWN/lemmata/bwn3/images/KOENIGSWALD.jpgGustav Heinrich Ralph von Koenigswald, adalah orang yang pertama kali menemukan fosil manusia purba di Sangiran. Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (lahir di Berlin, 13 November 1902 – meninggal di Bad Homburg vor der Höhe, 10 Juli 1982 pada umur 79 tahun) adalah paleontolog dan geolog berkebangsaan Jerman-Belanda yang melakukan penelitian terhadap hominin. G.H.R. von Koenigswald memberikan banyak kontribusi terhadap paleontologi selama kariernya. Penemuannya dan penelitiannya mengenai fosil manusia purba di Jawa dan penelitiannya mengenai fosil penting lainnya di Asia Tenggara memberinya reputasi sebagai salah satu figur paleoantropologi terpenting abad ke-20. Ralph von Koenigswald adalah anak dari pakar etnologi Jerman, Gustav A. von Koenigswald. Ia belajar geologi dan paleontologi di Universitas Humboldt Berlin, Universitas Tuebingen, Universitas Muenchen, dan Universitas Koeln. Guru utamanya adalah antropolog asal Swis, Rudolf Martin. Von Koenigswald menyelesaikan disertasi doktoralnya pada tahun 1928, pada usia 26 tahun di Muenchen. Selanjutnya ia bekerja sebagai asisten di suatu lembaga geologi di Muenchen. Pada tahun 1931 ia berangkat ke Bandung sebagai ahli paleontologi untuk Dienst van Mijnbouw van Nederlands Indië (Dinas Pertambangan Hindia Belanda). Pada masa tugas inilah kariernya mencapai puncak karena temuan-temuan penting yang diperolehnya di kawasan tepi Bengawan Solo, khususnya di daerah Sragen dan Ngawi. Ia memulai penggalian (ekskavasi) di Sangiran, Sragen, pada tahun 1934. Salah satu temuan pentingnya adalah tengkorak"Sangiran II" yang olehnya disebut sebagai Pithecanthropus erectus (anggota Homo erectus). Temuan penting lainnya adalah fosil tengkorak dan rahang bawahMeganthropus (olehnya disebut M. paleojavanicus). Von Koenigswald mengumpulkan setidaknya 60 fosil manusia purba sampai 1941. Sejumlah temuannya ini dikirim ke rekannya di Jerman, Franz Weidenreich. Ketika pendudukan Jepang, von Koenigswald ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp internir. Seusai Perang Dunia II, ia sempat bekerja di American Museum of Natural History, New York. Sejak 1948 ia kembali ke Eropa dan menjadi profesor di Universität Utrecht sampai 1968. Selanjutnya ia pindah ke Frankfurt am Main dan mendirikan seksi Paleoantropologi di Lembaga Penelitian Senckenberg. Di sana ia bekerja sampai meninggal pada tahun 1982. Von Koenigswald sejak 1935 menikah dengan Luitgarde Beyer. Mereka memiliki seorang anak.
9)      Penjelasan alat yang digunakan manusia purba di Sangiran:
Ø Serpih dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan panjang disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun menguliti binatang buruan.
Ø Serut adalah alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk melobangi.
Ø Beliung Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai alat pertanian di jaman neolitik.
Ø Bakal Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.
è Batu Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan bilah. Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan gamping kersikan, kwarsa, dll.
è Bola Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.

10)  Pendapat mengenai bahwa manusia berasal dari kera:
  Pendapat saya bahwa manusia berasal dari kera adalah tidak setuju, dikarenakan    manusia adalah mahluk mulia yang telah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa. Dan tidak mungkin manusia berasal dari kera karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang saya anut.


è  Biologi
1)      Fosil-fosil mahluk hidup di Sangiran
a)   Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus(gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinoceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba). Masa hidupnya Masa hidupnya ± 1,8-0,9 juta tahun yang lalu
SAM_1200.JPG


b)   Mollusca payau: Murex trapa, Pugilina cochiidium,Telescopium telescopium, Sulcospira tesdufinada
      Mollusca darat: Papuina sp. , Corbula sosialis
      Mollusca laut: Nassarius crematus, Pleuropioca trapezium,Conus sp. , Placuna ephiphium, Crypstospira sp. ,Turitella terebra, Tridacna gigas, Cardita sp. , Babylonia pankaensis, Natica vitellus. 3.000.000-1.800.000 tahun yang lalu


c)   Fosil kayu:  Dicotyledoneae. Masa hidupnya ± 2,4 – 1,8 juta tahun yang lalu
    




2)      Fosil Mollusca:
SAM_1220.JPGSAM_1152.JPG


3)      Penjelasan tentang Teori Evolusi
Teori Evolusi:
Mahluk hidup berubah dari generasi ke generasi dikarenakan beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah:
a.)    Adaptasi
Mahluk hidup mampu menyesuaikan diri akan bertahan diri untuk hidup. Perbedaan ciri keturunan berperan penting bagi kemampuan bertahan hidup. Contoh: ngengat (moth) berwarna cerah sesuai warna kulit pohon tempat mereka hinggap. Beberapa ngengat lahir dengan warna lebih gelap sering dimangsa burung karena mudah dikenali mangsa.
Ketika lingkungan berubah, warna kulit pohon menjadi gelap karena polusi pabrik, ngengat gelap lebih bisa bertahan hidup karena warna mereka sama dengan pohon yang gelap. Tetapi ngengat berwarna cerah sulit bertahan hidup karena mereka mudah dikenali oleh mangsa.

b.)    Variasi
Mengapa mahluk yang sejenis mempunya banyak variasi? Setiap mahluk dilahirkan unik dan membawa unsur keturunannya masing-masing. Variasi terjadi karena prinsip pewarisan ciri, ketika terjadi penggabungan dua ciri keturunan dalam kromosom dari kedua induknya.
Kromosom akan bertukar ciri keturunan dan membelah dengan membawa ciri yang baru, sehingga keturunannya akan berbeda dari induknya dan menjadi variasi baru. Perubahan ciri dapat juga terjadi karena mutasi, yaitu rusaknya kromosom karena radiasi.

c.)    Seleksi Alam
Keturunan suatu mahluk tampaknya sama dengan induk dan saudaranya. Sebenarnya setiap mahluk ada bedanya. Contoh: Induk tikus melahirkan tikus gesit dan tikus lambat. Yang gesit dapat banyak makan dan selalu selamat dari hewan pemangsa. Yang lamban kurang makan dan mudah dimangsa hewan lain. Tikus gesit akan bertahan hidup, tikus lamban akan punah. Jadi, alam menyeleksi mahluk seperti apa yang akan tetap hidup.

4)      Teori Evolusi, menurut:
a.)    Alfred R Wallace:
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQi24hSx7n3yI26CyrduNhYnr_aaaybyIG0n1szTZ73Bd4hE66wFADianggap sebagai pencetus Evolusi bersama Charles R Darwin Ia lebih banyak melakukan penelitian di Kepulauan Indonesia dan menghasilkan kesimpulan yang samatentang adanya seleksi alam. Bukunya yang terkenal adalah “The Malay Archipelago” (1869) dan “Contributions to the  Theory OF Natural Selection “ (1870) Namanya diabadikan  sebagai garis batas sebaran hewan berkantung dan hewan berari-ari di kepulauan Indonesia

.

b.)    Charles R Darwin:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/42/Charles_Darwin_aged_51.jpg/220px-Charles_Darwin_aged_51.jpgMengemukakan Teori evolusi dalam bukunya “The Origins of Species by Means of Natural Selection: [Asal Usul Spesies karena Seleksi Alam]”, yang menggemparkan masyarakat Eropa pada tahun 1859, Ia melakukan serangkaian penelitian di Amerika Tengah, terutama di Pulau Galapagos dalam wkspedisi kapal peneliti Beagla[1831 – 1836]. Masalah evolusi manusia, ia tulis dalam bukunya “ The Descent of Man” [1871].





5)      Tahap perkembangan fauna di Indonesia:
Setelah Kepulauan Indonesia terbentuk, jajaran pulau-pulau ini menjadi lingkar daratan Asia, dan ketika permukaan air laut turun pada Jaman Es, sebagian pulau-pulau itu bergabung dengan daratan Asia menjadi Paparan Sunda.
Adanya jembatan darat dari Asia ke Kepulauan Indonesia bagian barat memungkinkan berbagai mahluk yang hidup di Asia mulai bermigrasi dan menghuni kepulauan Indonesia.
Pada awalnya, sejak akhir Pleiosen hingga awal Pleiosen Tengah (2 juta hingga 800 ribu tahun lalu), kebanyakan hewan yang bermigrasi berasal dari Asia Tengah, karena itu fauna tersebut dikenal sebagai Siva-Malaya, diantaranya kuda sungai purba, Tetralophodon, Stegodon (gajah purba), rusa, menjangan banteng purba, serta kura-kura raksasa.
Pada tahap berikutnya lebih banyak bermigrasi fauna dari Daratan Asia Tenggara dan Cina Selatan, di antaranya beruang, tapir dan gibbon. Fana pendatang yang lebih baru ini dikenal sebagai Sino-Malaya.

è  Ekonomi
Hasil Interview terhadap barang yang dijual belikan di pasar Klewer, Surakarta
NO
NAMA BARANG
HARGA
PRODUKSI
Eceran
Grosir
Rumah
Pabrik
1
Kaos Oblong “Solo
 Rp  30.000
 Rp  25.000

2
Blangkon
 Rp 35.000
 Rp  27.000

3
Tas Batik
 Rp  30.000
 Rp  25.000

4
Baju Batik
 Rp  50.000
 Rp  35.000

5
Sandal
 Rp  20.000
 Rp  10.000

6
Aksesoris
 Rp  10.000
 Rp    8.000

7
Souvenir
 Rp  50.000
 Rp  40.000


PENUTUP:
Ø Kesimpulan
è Geografi
1)    Penemuan Hubble menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
2)    Zaman  Pra-Kambrium adalah zaman paling tua.
3)    Di Sangiran terdapat 4 formasi batuan. Yaitu Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh, dan Formasi Notopuro.
4)      Profil tanah Sangiran terdapat 5 profil tanah di Sangiran, yaitu: Breksi Vulkanik Notopuro, Pasir dan tufa kabuh, Grenzbank, Lempung hitam Pucangan, dan Lempung Kalibeng.
5)    Di Sangiran terdapat berbagai macan batuan, seperti: Batu Rijang, Batu Meteor, Batu Kalsedon, Batu Konkresi, Batu Konkresi, Batu Cetakan (Steinkern), Batu Koral, Batu Diatome, Batu Gamping Moluska, Batu Gamping Foraminifera, dan Endapan Mud Vulcano.

è Sejarah
1)    Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu
2)      Di Museum Sangiran terdapat:  Fosil Manusia Purba seperti Australopithecus Africanus, Modjokertensis Pithecanthropus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Soloensis, Homo Neanderthals of Europe, Asia Homo Neanderthal, and Homo Sapiens. Dan Fosil batuan / alat batu seperti serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak. Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatom.

3)      Pola kehidupan manusia purba di Sangiran: Hidup berkelompok, ± 20 – 50 individu. Nomaden, mengikuti binatang. Hidup disekitar air, sudah mempunyai kepercayaan (dikarenakan air adalah sumber kehidupan). Sudah mengenal api ± 450.000 tahun yang lalu
4)      Manusia purba di Sangiran banyak ditemukan di sekitar sungai-sungai
5)      Museum Sangiran terletak di kawasan Kubah Sangiran
6)      Di Museum sangiran terdapat 3 ruangan yaitu: Ruang Kekayaan Sangiran, Ruang Langkah-Langkah Kemanusiaan, dan Ruang Masa Keemasan.
7)      Manusia purba yang di temukan di Indonesia seperti: Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus soloensis, Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
8)      Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, adalah orang yang pertama kali menemukan fosil manusia purba di Sangiran.
9)      Alat yang digunakan manusia purba di Sangiran: Serpih dan Bilah, Serut, Gurdi, Bakal Kapak Batu seperti Batu Inti, Bola Batu.
10)  Pendapat saya bahwa manusia berasal dari kera adalah tidak setuju, dikarenakan    manusia adalah mahluk mulia yang telah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa

è Biologi
1)      Di Museum Sangiran juga terdapan fosil-fosil hewan purba seperti fosil-fosil hewan purba bertulang belakang, fosil-fosil mollusca, dan fosil tumbuhan purba.
2)    Mahluk hidup berubah dari generasi ke generasi dikarenakan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: Adaptasi, Variasi,dan Seleksi Alam.
3)    Alfred R Wallace, Dianggap sebagai pencetus Evolusi bersama Charles R Darwin Ia lebih banyak melakukan penelitian di Kepulauan Indonesia dan menghasilkan kesimpulan yang samatentang adanya seleksi alam.
Charles R Darwin, Mengemukakan Teori evolusi dalam bukunya “The Origins of Species by Means of Natural Selection: [Asal Usul Spesies karena Seleksi Alam]”
4)      Sejak akhir Pleiosen hingga awal Pleiosen Tengah (2 juta hingga 800 ribu tahun lalu), kebanyakan hewan yang bermigrasi berasal dari Asia Tengah, karena itu fauna tersebut dikenal sebagai Siva-Malaya, diantaranya kuda sungai purba, Tetralophodon, Stegodon (gajah purba), rusa, menjangan banteng purba, serta kura-kura raksasa.

è Ekonomi
1)      Aksesoris adalah salah satu barang di pasar Klewer yang cara memperoleh barangnya dengan memproduksi sendiri tanpa harus membeli ke pabrik lain oleh pedagang yang kami Interview

Ø Saran
m Sebaiknya tempat-tempat wisata tersebut lebih dikembangkan sarana dan prasarananya. Agar lebih menimbulkan daya tarik bagi para pengunjung.
m Sebaiknya koleksi di Museum Sangiran diperbanyak agar pengunjung lebih betah melihat-lihat dan belajar di Museum Sangiran.
m Sebaiknya koleksi di Museum Sangiran lebih di simpan dengan aman agar tidak mudah dipegang-pegang atau dirusak oleh pengunjung yang kadang penasaran terhadap benda tersebut
m Sebaiknya Museum Sangiran ditambah metode pembelajaran untuk anak-anak, agar anak-anak mau belajar tentang sejarah di Museum Sangiran.


DAFTAR PUSTAKA:
·         Moelyadi dan Widiasmoro. 1978. Laporan Penyelidikan Biologi Daerah Sangiran Jawa Tengah. Yogyakarta : Bagian Tehnik Geologi Fakultas Tehnik UGM.
·         Soerdjono, R.P. ed. 1975. Jaman Prasejarah di Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
·         Soerastopo Hadisumarno. 1972. Geomorfologi Pergunungan Kubah Sangiran Jawa, Indonesia. Reprinted from the journal ilmu alam.
·         Widiasmoro. 1982. Lingkungan Pengendapan Formasi Pucangan dan Kabuh, serta Hubungannya dengan Penafsiran Daerah Pemukiman Phitecanthropus di Sangiran Jawa Tengah. Jakarta : Proyek Penelitian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
·         Hidayat, Drs. Rusmulia Tjiptadi, dkk. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya. Sangiran: Koperasi Museum Sangiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar