LAPORAN KEGIATAN
PELAKSANAAN
STUDI LAPANGAN
KELAS X SMA N 10 YK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DI MUSEUM SANGIRAN DAN
KERATON SURAKARTA
Oleh:
1.)
Surya Aditya / XE / 27
2.)
David Sulaiman Trivani W / XE / 10
3.)
Yazra Mohammad / XE / 33
4.)
Cahya Lintang Pertiwi / XE / 08
5.)
Nadya Ika Evitarini / XE / 21
DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
SMA NEGERI 10 YK
Halaman Pengesahan
LAPORAN
STUDI LAPANGAN
KELAS X SMA N 10 YK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DI MUSEUM SANGIRAN DAN
KERATON SURAKARTA
Pada:
Hari : Selasa
Tangaal : 26 Februari 2013
Mengetahui Kepala sekolah Ketua
Panitia
SMA Negeri 10 Yogyakarta
Drs. BASUKI Drs.
ACR. SUSBANDARU
NIP. 19591012 1989001006 NIP.
19600204 1987001006
DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA
Kata
Pengantar:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan studi lapangan di
Museum Sangiran dan Keraton Surakarta. Dan kepada Bapak Kepala Sekolah SMAN 10
Yogyakarta dan Ketua Panitia yang sudah menyelenggarakan studi lapangan ini.
Melalui kata pengantar ini saya lebih
dahulu meminta maaf bila mana isi laporan ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Yogyakarta, 27
Februari 2013
Surya Aditya
Ketua kelompok 28
Daftar Isi:
m Halaman Pengesahan....................................................................................................Hal
2
m Kata Pengantar..............................................................................................................Hal
3
m Daftar Isi........................................................................................................................Hal
3
m Daftar Lampiran............................................................................................................Hal
3
m Bab I..............................................................................................................................Hal
4
m Bab II.............................................................................................................................Hal
5
m Bab III...........................................................................................................................Hal
8
m Bab IV...........................................................................................................................Hal
8
m Penutup........................................................................................................................Hal
22
m Daftar Pustaka............................................................................................................
Hal 24
Daftar
Lampiran:
Berupa foto hasil objek penelitian di museum Sangiran.
Bab I:
v Latar Belakang
Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif
mengenai
Objek
di lapangan bagi para siswa sekaligus memerikan kesempatan mengaplikasikan teori
dan praktik di lapangan. Dikarenakan kurangnya praktek di sekolah-sekolah.
Dengan diadakanna studi lapangan ini maka dapat memperdalam pelajaran yang akan
dipelajari para siswa. Musium Sangiran adalah salah satu museum purbakala yang
ada di Indonesia, di museum ini terdapat banyak sisa-sisa peninggalan
purbakalaseperti tulang, kerang, tanah dan lain-lain. Para wisatawan yag dating
pun beragam mulai dari wisatawan local atau domestik, pelajar, mahasiswa,
arkeolog, bahkan wisatawan mancanegara dating kemusium ini sekedar untuk
melihat koleksi yang ada bahkan mengamati dan menelitinya.
Sedangkan Pasar
Klewer merupakan salah satu pasar warisan budaya yang terletak di dekat keraton
Solo. Pasar ini dapat bertahan karena letaknya yang strategis serta
barang-barang tekstil yang diseiakan sebagian besar berkualitas baik dengan
harga terjangkau. Tak salah jika tempat ini selanjutnya menjadi pusat grosir
terkenal diIndonesia.
v Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan
cara pembelajaran siswa. Yaitu dengan penggabungan teori dan praktek akan
meningkatkan kualitas belajar para siswa. Dengan demikian studi lapangan ini
sangat membantu para siswa dalam pembelajaran.
1)
Bagaimana Sejarah Museum
Sangiran
2)
Bagaimana isi
koleksi di Museum Sangiran
3)
Bagaimana cara
meningkatkan cara pembelajaran siswa
4)
Bagaimana
mengetahui penjelasan pemandu akan Museum Sangiran
5)
Bagaimana proses terbentuknya Sangiran?
6)
Bagaimana
pengungkap situs sejarah Sangiran ?
v Tujuan Penelitian
ü Mempersiapkan diri para siswa dalam mengkomunikasikan
materi pembelajaran yag diterima disekolah dengan lingkungan sekitar
ü
Untuk mengetahui sejarah situs Sangiran hingga dapat
terkenal dikalangan situs-situs
ü
Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang telah ditemukan di
Situs Sangiran
v Tempat dan Waktu
Penelitian
Sangiran, Srangen, Jawa Tengah
dan Keraton Surakarta, Jawa Tengah
Hari: Selasa, Tanggal: 26
Februari 2013
BAB II:
Dasar Teori
Ø Geografi
Big Bang (terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman
Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang
menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini
menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas,
yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. Para ilmuwan juga
percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini
adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil
pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain,
dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya
suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Zaman
Prakambrium lebih tua dari zaman Kambrium, di mana lapisan-lapisannya terdapat
di bawah lapisan-lapisan yang mengandung fosil. Jelasnya, lapisan batuan baru
dikatakan pasti berumur Prakambrium jika tertutup lapisan yang berfosil
Kambrium. Penampakan batuan Prakambrium sangat jarang sekali dijumpai di
permukaan bumi, hanya di beberapa daerah dan terbatas pada tempat tertentu.
Diperkirakan batuan Prakambrium tampak di permukaan bumi karena batuan-batuan
itu sejak terjadi tidak pernah tertutup oleh sedimen yang lebih muda dan
sedimen-sedimen muda yang ada sudah habis terkikis oleh erosi. Umumnya
daerah-daerah itu merupakan bagian pusat benua. Karena bentuknya agak melingkar
dan permukaannya sedikit cembung maka inti-inti Prakambrium disebut perisai
benua. Di sekitar bagian pusat yang berbentuk perisai itu, lapisan Prakambrium
tertutup oleh lapisanlapisan yang lebih muda, makin jauh dari bagian pusat akan
semakin tebal. Lapisan Prakambrium terdiri atas batuan-batuan berhablur, baik
yang berasal dari pembekuan magma cair, maupun dari peleburan dan penghabluran
kembali sedimen-sedimen dan batu-batuan lainnya, yang disebabkan oleh perubahan
kimiawi dan fisis pada sedimen-sedimen dan batuan beku.
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu
geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan
Grafia (memerikan, menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu
yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan
itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan tentang sejarah bumi.
Ø Sejarah
Sangiran adalah sebuah desa di kelurahana Krikilan
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Desa
tersebut dikenal sebagai situs prasejarah yang kaya dengan temuan fosil manusia
dan hewan purba. Selain itu di Sangiran juga banyak ditemukan alat-alat batu
peninggalan manusia prasejarah yang dulu pernah hidup disana.
Situs Sangiran terletak kira-kira 15 km di sebelah utara
kota Surakarta. Situs ini luas arealnya kira-kira 6x15 km. sebagai suatu situs
sebagian arealnya terletak di wilayah kabupaten sragen, sebagian lagi terletak
di wilayah kabupaten Karanganyar. Situs ini pernah diteliti oleh berbagai ahli
dengan latar belakang yang berbeda. Disiplin Paleoantropologi dan Paleontologi
memusatkan penelitian pada temuan fosil-fosilnya, disiplin geologi pada
struktur dan stratigrafinya.
Meganthropus paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata; Megan= besar,
Anthropus= manusia, Paleo= tua, Javanicus= dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan
bahwa Meganthropus paleojavanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di
Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara
tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil
tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa
bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang
ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang
berjalan tegak. Paling tidak terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia, yaituPithecanthrophus erectus,
Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus
soloensis. Berdasarkan pengukuran
umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia mempunyai
umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur
paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari
15.000-40.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia
modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo)
dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Di Indonesia sendiri ditemukan
tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo
soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ø Biologi
Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar
dari dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu ataumineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan
atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa
macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di
sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah
tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup.
Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan
tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari
fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.
Vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup
semua hewan yang memiliki tulang belakang yang tersusun dari vertebra.
Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata dapat
dimasukkan semua jenis ikan (kecuali remang, belut
jeung, "lintah laut", atau hagfish),amfibia, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata diketahui memiliki dua pasang tungkai. Vertebrata
memiliki sistem otot yang banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya terletak di dalam tulang
belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau paru-paru.
Mollusca berarti hewan yang bertubuh
lunak. Sering kita jumpai hewan ini, baik di darat ataupun perairan. Hewan ini
memiliki sifat kosmopolit, artinya hewan ini terdapat di mana-mana. Hewan
ini sebagian besar dilindungi oleh cangkang meskipun ada juga yang tidak
memiliki cangkang. Mollusca sudah memiliki sistem pencernaan, peredaran
darah, respirasi, ekskresi, reproduksi, dan juga sistem saraf.
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama:
variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini
dibawa oleh gen yang
diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam
suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun
transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yangbereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga
dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara
organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi
lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Ø Ekonomi
Pasar Klewer merupakan pusat pasar dimana sebagian besar aktivitas warga
Solo berpusat disana. Dari pakaian atau tekstil yang mendominasi, makanan,
sampai ke pernak pernik perhiasan dijual disana. Letaknya berdekatan dengan
Keraton Solo dan alun-alun, sehingga hampir setiap hari daerah ini tak pernah
sepi dari hiruk pikuknya jalan.
Semenjak
dibangun pada 1970, perkembangan Pasar Klewer Solo bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya. Melesat untuk kemudian menjadi pasar tekstil yang
besar. Bahkan, mungkin salah satu yang terbesar di Indonesia.Karena itu tak
mengherankan bila kini, menurut data dari Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK)
dan Dinas Pasar Klewer, jumlah pedagang di pasar tersebut adalah 1.467
pedagang. Hebatnya lagi, dari jumlah pedagang sebanyak itu, uang yang berputar
setiap harinya (transaksi berjalan) Rp 5 miliar - Rp 6 miliar.
Eceran adalah
menjual barang secara sedikit-sedikit atau satu-satu.
Grosir adalah menjual barang dengan jumlah banyak atau
secara besar-besaran.
Asal sumber barang bisa berasal dari membuat sendiri
barangnya atau membeli dari perusahaan lain.
BAB III:
Metode penelitian:
1.)
Dengan cara
mencatat penjelasan pemandu
2.)
Dengan cara
mendokumentasikan foto-foto dilapangan
3.)
Dengan cara
mencatat keterangan di museum sangiran
BAB IV:
è Geografi
1)
Penjelasan “Teori
Ledakan Besar (big bang)”
Alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan
panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.Para ilmuwan
juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori
ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil
pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain,
dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya
suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.Pada tahun
1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat
Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang
tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat.
Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti
yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan
suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau
yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris
nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan
mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat
untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya
menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun
berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain
apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin. Alam
Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan
mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil,
meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta
berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun
lagi.
2)
Penjelasan
pembagian zaman:
a)
Prakambrium
§
Azoikum:
belum terdapat kehidupan
§
Prolerozoikum:
umur 3500 juta tahun yang lalu, mulai ada kehidupan (hewan tanpa kulit luar)
b)
Paleozoikum
§
Kambrium:
500 juta tahun yang lalu. Endapan yang
terbentuk pada masa Kambrium banyak ditemukan fosil sehingga banyaklah yang
dapat diketahui tentang keadaan kehidupan masa itu. Masa ini ditandai oleh
adanya endapan-endapan yang mengandung jasad-jasad fosil yang telah mencapai
tingkat perkembangan yang tinggi
§
Silur:
390 juta tahun yang lalu. Pada zaman Silur,
penyebaran fauna lebih luas dibandingkan dengan masa Kambrium. Banyak kelompok
binatang baru muncul pada zaman Silur ini. Di antaranya yang terpenting adalah
Vertebrata atau binatang bertulang punggung. Graptalit adalah ciri fosil
penujuk pada masa Silur dan merupakan kumpulan/kalori binatang kecil yang
disebut Rabdosoma.
§
Devon:
310 juta tahun yang lalu. Zaman ini bercirikan
munculnya tumbuh-tumbuhan darat dan binatang bertulang punggung. Di laut
dijumpai perkembangan luas kelompok-kelompok binatang yang tidak bertulang
punggung, seperti Amronit. Pada dasarnya Devon terbagi atas 3 macam, yaitu
Devon bawah, Devon tengah, dan Devon atas.
§
Karbon:
275 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai
dengan timbulnya sejumlah besar karbon bebas di pelbagai bagian dunia. Karbon
atau Carbonium atau Arang ini amat berpengaruh pada keadaan cuaca/iklim. Pada
zaman Karbon ini terjadi pembentukan pegunungan; hal-hal inilah yang
menyebabkan zaman
Karbon dapat dikenal dengan nyata. Terjadinya batu bara sangat erat hubungannya dengan pengangkatan dan pembentukan pegunungan. Adanya karang menunjukkan iklim sedang yang agak panas; adanya sedimen Klasika yang berwarna merah dengan rekah kerut menandakan iklim kering/arid. Adanya tumbuh-tumbuhan dengan daun yang cukup rindang menunjukkan adanya pelembagaan. Tidak adanya lingkaran tahun pada batang-batang serta tumbuh terus, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang menyolok. Endapan batu bara yang berwarna merah menunjukkan peninggalan yang kering dan gersang.
Karbon dapat dikenal dengan nyata. Terjadinya batu bara sangat erat hubungannya dengan pengangkatan dan pembentukan pegunungan. Adanya karang menunjukkan iklim sedang yang agak panas; adanya sedimen Klasika yang berwarna merah dengan rekah kerut menandakan iklim kering/arid. Adanya tumbuh-tumbuhan dengan daun yang cukup rindang menunjukkan adanya pelembagaan. Tidak adanya lingkaran tahun pada batang-batang serta tumbuh terus, menunjukkan tidak adanya perbedaan yang menyolok. Endapan batu bara yang berwarna merah menunjukkan peninggalan yang kering dan gersang.
§
Perm:
230 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri perm
ialah bahwa letak lapisan yang diskor dan di atas karbon mengandung batu bara,
juga adanya penyimpangan fauna laut dari 2 karbon fosil pada zaman Paleozoikum
akhir.
Di Indonesia peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil, besi di Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal (kegiatan vulkanik). Di Sumatera berupa gamping dan koral disertai dengan batuan dari gunung berapi. Lapisan perm mengandung
minyak, koalium (bahan porselin), lempung keramik, besi, dan batu bara.
Di Indonesia peninggalan perm ditemukan di Timor pada lembah sungai Noil, besi di Miaffo Timor Barat Daya berupa lapisan lava-lava bantal (kegiatan vulkanik). Di Sumatera berupa gamping dan koral disertai dengan batuan dari gunung berapi. Lapisan perm mengandung
minyak, koalium (bahan porselin), lempung keramik, besi, dan batu bara.
c)
Mesozoikum
Masa Mesozoikum terdiri atas zaman kapur, jura, dan trias.
Zaman kapur berumur kurang lebih 90 juta tahun, jura 140 tahun, dan trias 190
tahun. Ketiga zaman ini disebut tingkat kehidupan pertengahan. Keadaan iklim
pada waktu itu adalah panas dan basah. Hal ini dapat diketahui dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan flora dan fauna yang ada pada saat itu. Pada zaman
ini mulai timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berdaun lebar, binatang melata,
amfibi, dan ikan serta binatang menyusui pertama. Kehidupan flora dan fauna
penyebarannya
terbatas.
terbatas.
§
Trias:
190 juta tahun yang lalu
§
Yura:
145 juta tahun yang lalu
§
Kapur:
110 juta tahun yang lalu
d)
Nezoikum
§
Zaman Tersier
Zaman tersier terbagi menjadi zaman eosen, oligosen, dan
pleiosen. Zaman eosen berumur 70 juta, oligosen 42 juta tahun, miosen 30 juta
tahun, dan pleiosen 16 juta tahun. Pada zaman tersier tumbuh-tumbuhan
berkembang biak dan meluas ke seluruh wilayah kontinen, demikian juga mulai
timbul dan berkembang tumbuh-tumbuhan berbunga. Binatang menyusui dan
burung-burung mulai meluas pada zaman ini. Keadaan iklim tidak begitu berbeda
dengan zaman sekunder. Pada zaman ini batu bara muda mulai terbentuk.
§
Zaman Kwartir
Zaman kwartir terdiri atas zaman pleistosen atau dilluvium
dan zaman holosen atau alluvium. Kedua zaman ini berumur kurang lebih 3 juta
tahun yang lalu. Pada zaman kwartir telah muncul manusia pertama.
3)
Formasi
batuan yang menyusun daerah Sangiran
a) Formasi
Kalibeng
Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies
laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang
ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes)
dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu.
Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat
direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis
astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah
kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130
meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan
moluska air payau.
b) Formasi
Pucangan
Formasi
Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah): yang terdiri dari lempung hitam
hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang diikuti oleh lapisan-lapisan
moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau berkaitan dengan iklim, dan genesa
keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi gunungapi dapat ungkapkan secara
baik. Saya interpretasikan, ketika itu sebagai lingkungan tertutup lacustrine.
Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh grenzbank. Hasil pengamatan, fasies
sedimen tersebut dapat dikategorikan sebagai material rombakan, sementara saya
sebut sebagai debris flow deposits. Siklus perubahan iklim hubungannya dengan
tektonik, erupsi gunungapi, dan evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan
rinci
c) Formasi Kabuh
Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk
cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial
(F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan
berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik
dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit
dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh
Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh
batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa
elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau
pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan
fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics). Endapan pada
formasi kabuh terdiri dari endapan yang berasal dari erupsi gunungapi yang
berupa batupasir dan konglomerat. Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m.
Alat-alat batu purba ditemukan pada formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang
hidup adalah kura-kura, babi, badak, banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan
rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu seperti tersebut di atas menunjukan
bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal alat -alat perburuan dalam rangka
memenuhi kebutuhan.
d) Formasi Notopuro
Formasi Notopuro berumur plestosen atas, yang
terdiri dari endapan lahar yang berbentuk breksi andesit dan konglomerat.
Dengan adanya breksi laharik dan batupasir silangsiur dengan ketebalan sekitar
2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa pada masa Plestosen Atas telah
terjadi banjir lahar yang besar.
4)
Profil tanah yang
teradapat di Sangiran:
a)
Breksi Vulkanik
Notopuro
tersusun oleh material vulkanis seperti batu
pasir vulkanis, konglomerat dan breksi dengan fragmen batuan beku andesit
b)
Pasir dan tufa
kabuh
ketebalan lapisannya sekitar 3-16 meter
merupakan batu pasir dengan struktur silang siur yang menunjukkan hasil endapan
sungai. Terjadi pada kala Pleistocene tengah.
c)
Grenzbank
Grenzbank yang merupakan lapisan pembatas antara formasi Pucangan
dengan Kabuh
d)
Lempung hitam
Pucangan
lempung yang merupakan pengendapan rawa-rawa,
pada formasi ini terdapat sisipan endapan molusca marine yang menunjukkan bahwa
pada waktu itu pernah terjadi transgresi laut
e)
Lempung Kalibeng
berupa endapan lempung dan lanau hasil
sedimentasi air payau dengan kandungan moluska jenis corbicula
5)
Contoh
Batuan yang ada di daerah Sangiran:
·
Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds.
Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan
pembuat alat serpih.
·
Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan
lain-lain.
·
Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi
di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai
bahan pembuat alat.
·
Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.
·
Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok, desa Krikilan, Kec.
Kalijambe, Kab. Sragen. Jenis batuan ini terjadi karena masuknya material
batuan kedalam cangkang. Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah
material berubah menjadi fosil, maka cangkang aslinya hancur.
·
Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin.
Jenis batuan ini ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe,
Kab. Sragen.
·
Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang
telah mongering dan mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari
endapan dari Formasi Pucangan pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil
dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sangiran.
·
Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu
kapur. Temuan dari situs Sangiran.
·
Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec.
Kalijambe, Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng.
·
Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab.
Sragen. Mud Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke
permukaan bumi sambil membawa zat-zat dari dalam bumi. Dari penelitian
diketahui bahwa material; mud volcano di situs Sangiran berasal dari Jerman
tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu.
è Sejarah
1) Sangiran , sejarah berdirinya Museum Sangiran.
Sejarah
Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von
Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald
dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto
Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk
mencari “balung buto” (Bahasa Jawa = tulang raksasa). Demikian penduduk
Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu
yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil
yaitu sisa-sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.
Fosil-fosil
tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan
pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap
penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang
sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah
Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan
mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di
Pendopo Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah
lahir cikal-bakal Museum Sangiran.
Untuk
menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun
1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa
Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m².
Museum tersebut diberi nama “Museum Pestosen”. Seluruh koleksi di Pendopo
Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Saat ini sisa
bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan menjadi Balai Desa
Krikilan.
Sementara
di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977 dibangun juga
sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum
ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk menampung hasil
penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini
museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan dijadikan
Pendopo Desa Dayu.
Tahin
1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa Ngampon,
Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks Museum ini
didirikan di atas tanah seluas 16.675 m². Bnagunannya antara lain terdiri dari
Ruang Pameran, Ruang Pertemuan/ Seminar, Ruang Kantor/ Administrasi, Ruang
Perpustakaan, Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/ Ruang Tinggal
Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum
Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru
ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan
Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat
perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun
1998 Dinas Praiwisata Propinsi Jawa Tengah melengkaspi Kompleks Museum Sangiran
dendan Bnagunan Audio Visual di sisi timur museum. Dan tahun 2004 Bupati Sragen
mengubah interior Ruang Knator dan Ruang Pertemuan menjadi Ruang Pameran
Tambahan.
Tahun
2003 Pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representative
menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini telah selesai
didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen
untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran.
Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk
penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan,
perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.
2) Koleksi fosil Sangiran:
a.) Fosil Manusia Purba
Australopithecus Africanus, Modjokertensis Pithecanthropus, Pithecanthropus
Erectus, Pithecanthropus Soloensis, Homo Neanderthals of Europe, Asia Homo
Neanderthal, and Homo Sapiens.
b) Fosil batuan / alat batu
Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan
gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.
Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan
diatom.
3) Pola kehidupan manusia purba yang
ditemukan di Sangiran
a) Hidup
berkelompok, ± 20 – 50 individu
b) Nomaden,
mengikuti binatang
c) Hidup
disekitar air, sudah mempunyai kepercayaan (dikarenakan air adalah sumber
kehidupan)
d) Sudah
mengenal api ± 450.000 tahun yang lalu
4) Sebab manusia purba ditemukan di sekitar
sungai:
Dikarenakan manusia purba sudah mempunyai kepercayaan bahwa air adalah
sumber kehidupan. Di sungai merupakan salah satu daerah yang tidak pernah
kekurangan air dan makanan. Dan di sungai adalah daerah yang subur.
5) Sebab Museum Sangiran terletak di kawasan
Kubah Sangiran:
Terletak disekitar Kubah Sangiran, situs Sangiran merupakan doom (cekungan)
± 56 km² dengan ketinggian ± 120 m dpl.
6) Ruangan yang terdapat di Museum Sangiran:
a) Ruang
Kekayaan Sangiran: berisi fosil-fosil Sangiran, Teori bigbang, dan gambaran kehidupan erectus
b) Ruang
Langkah-Langkah Kemanusiaan: berisi Teori bigbang, hingga Sangiran tercipta,
dan petualangan manusia purba di Nusantara
c) Ruang
Masa Keemasan: memamerkan hasil rekontruksi sempurna fosil-fosil manusia di
Sangiran dan Flores, serta gambaran hutan terbuka ± 500.000 tahun yang lalu
7) Manusia Purba yang pernah ditemukan di
Indonesia
a) Meganthropus
paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus
berasal dari kata-kata; Megan= besar, Anthropus= manusia, Paleo= tua,
Javanicus= dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus
adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini
ditemukan di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang
peneliti Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam
keadaan lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah,
serta gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini
diperkirakan telah berumur 1-2 Juta tahun.
b) Pithecanthropus erectus
Pithecanthropus
erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891
di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Fosil yang
ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak, dan tulang kaki.
c) Pithecanthropus mojokertensis
Pithecanthropus
mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil manusia purba ini
ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Fosil
yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak.
d) Pithecanthropus
soloensis
Pithecanthropus
soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth di
Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak dan juga tulang kering.
e) Homo soloensis
Homo soloensis, ditemukan oleh Von Koeningswald
dan Weidenrich antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil
yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak. Ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh manusia purba jenis ini antara lain, volume otak antara 1000 – 1300 cc;
tinggi badan antara 130 – 210 cm; muka tidak menonjol ke depan; serta berjalan
tegap secara bipedal (dua kaki). Homo soloensis diperkirakan
pernah hidup antara 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.
f) Homo wajakensis
Homo wajakensis, ditemukan oleh Eugene Dubois
pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah,
tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher. Ciri-ciri Homo wajakensis antara lain, memiliki muka lebar dan
datar; hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol; tulang tengkorak sudah
membulat; serta memiliki tonjolan yang agak mencolok di dahi. Homo wajakensis diperkirakan hidup antara 40.000
sampai 25.000 tahun yang lalu.
g) Homo floresiensis
Homo floresiensis, ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim
arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University
of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada
kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu
(belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari
Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Ciri-ciriHomo floresiensis antara
lain, tinggi badan kurang dari 1 meter; berbadan tegap; berjalan secara
bipedal; volume otak sekitar 417cc; serta tidak memiliki dagu.
8) Latar belakang orang yang pertama kali
menemukan fosil manusia purba di Sangiran:
Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, adalah orang yang
pertama kali menemukan fosil manusia purba di Sangiran. Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald (lahir di Berlin, 13 November 1902 – meninggal di Bad Homburg vor der Höhe, 10 Juli 1982 pada umur 79 tahun)
adalah paleontolog dan geolog berkebangsaan Jerman-Belanda yang melakukan penelitian
terhadap hominin. G.H.R. von Koenigswald
memberikan banyak kontribusi terhadap paleontologi selama kariernya.
Penemuannya dan penelitiannya mengenai fosil manusia purba di Jawa dan penelitiannya
mengenai fosil penting lainnya di Asia Tenggara memberinya reputasi sebagai salah satu figur paleoantropologi terpenting abad ke-20. Ralph von Koenigswald adalah
anak dari pakar etnologi Jerman, Gustav A. von Koenigswald. Ia belajar geologi
dan paleontologi di Universitas
Humboldt Berlin, Universitas Tuebingen, Universitas Muenchen, dan Universitas Koeln. Guru utamanya adalah antropolog asal Swis, Rudolf Martin. Von Koenigswald menyelesaikan disertasi
doktoralnya pada tahun 1928, pada usia 26 tahun di Muenchen. Selanjutnya ia
bekerja sebagai asisten di suatu lembaga geologi di Muenchen. Pada tahun 1931 ia berangkat ke Bandung sebagai ahli paleontologi
untuk Dienst van Mijnbouw van
Nederlands Indië (Dinas
Pertambangan Hindia Belanda). Pada masa tugas inilah kariernya mencapai puncak
karena temuan-temuan penting yang diperolehnya di kawasan tepi Bengawan Solo, khususnya di daerah Sragen dan Ngawi. Ia memulai penggalian (ekskavasi) di Sangiran, Sragen, pada tahun 1934. Salah satu temuan pentingnya
adalah tengkorak"Sangiran II" yang olehnya disebut
sebagai Pithecanthropus
erectus (anggota Homo erectus). Temuan penting lainnya
adalah fosil tengkorak dan rahang
bawahMeganthropus (olehnya disebut M.
paleojavanicus). Von Koenigswald mengumpulkan setidaknya 60 fosil manusia purba sampai 1941. Sejumlah temuannya ini dikirim ke rekannya di Jerman, Franz Weidenreich. Ketika pendudukan
Jepang,
von Koenigswald ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp internir. Seusai Perang Dunia II, ia sempat bekerja di American
Museum of Natural History, New York. Sejak 1948 ia kembali ke Eropa dan menjadi profesor di Universität Utrecht sampai 1968. Selanjutnya ia pindah ke Frankfurt am Main dan mendirikan seksi Paleoantropologi di Lembaga Penelitian Senckenberg. Di sana ia bekerja
sampai meninggal pada tahun 1982. Von Koenigswald sejak 1935 menikah dengan
Luitgarde Beyer. Mereka memiliki seorang anak.
9) Penjelasan alat yang digunakan manusia
purba di Sangiran:
Ø Serpih
dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan
panjang disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun
menguliti binatang buruan.
Ø Serut adalah
alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk
melobangi.
Ø Beliung
Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai
alat pertanian di jaman neolitik.
Ø Bakal
Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.
è Batu
Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan
bilah. Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan
gamping kersikan, kwarsa, dll.
è Bola
Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut
diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.
10) Pendapat mengenai bahwa manusia berasal
dari kera:
Pendapat saya bahwa manusia berasal
dari kera adalah tidak setuju, dikarenakan
manusia adalah mahluk mulia yang telah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa.
Dan tidak mungkin manusia berasal dari kera karena tidak sesuai dengan ajaran
agama yang saya anut.
è Biologi
1)
Fosil-fosil mahluk
hidup di Sangiran
a) Elephas namadicus (gajah), Stegodon
trigonocephalus(gajah), Mastodon
sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinoceros sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba). Masa hidupnya Masa
hidupnya ± 1,8-0,9
juta tahun yang lalu
b) Mollusca payau: Murex trapa, Pugilina cochiidium,Telescopium telescopium, Sulcospira
tesdufinada
Mollusca darat: Papuina sp. , Corbula sosialis
Mollusca laut: Nassarius crematus, Pleuropioca trapezium,Conus sp. , Placuna
ephiphium, Crypstospira sp. ,Turitella terebra, Tridacna gigas, Cardita sp. ,
Babylonia pankaensis, Natica vitellus. 3.000.000-1.800.000
tahun yang lalu
c) Fosil kayu: Dicotyledoneae. Masa hidupnya ± 2,4 – 1,8 juta tahun yang lalu
2)
Fosil Mollusca:
3)
Penjelasan tentang
Teori Evolusi
Teori Evolusi:
Mahluk hidup berubah dari generasi ke generasi
dikarenakan beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah:
a.)
Adaptasi
Mahluk hidup mampu menyesuaikan diri akan bertahan diri
untuk hidup. Perbedaan ciri keturunan berperan penting bagi kemampuan bertahan
hidup. Contoh: ngengat (moth) berwarna cerah sesuai warna kulit pohon tempat
mereka hinggap. Beberapa ngengat lahir dengan warna lebih gelap sering dimangsa
burung karena mudah dikenali mangsa.
Ketika lingkungan berubah, warna kulit pohon menjadi
gelap karena polusi pabrik, ngengat gelap lebih bisa bertahan hidup karena
warna mereka sama dengan pohon yang gelap. Tetapi ngengat berwarna cerah sulit
bertahan hidup karena mereka mudah dikenali oleh mangsa.
b.)
Variasi
Mengapa mahluk yang sejenis mempunya banyak variasi?
Setiap mahluk dilahirkan unik dan membawa unsur keturunannya masing-masing.
Variasi terjadi karena prinsip pewarisan ciri, ketika terjadi penggabungan dua
ciri keturunan dalam kromosom dari kedua induknya.
Kromosom akan bertukar ciri keturunan dan membelah dengan
membawa ciri yang baru, sehingga keturunannya akan berbeda dari induknya dan
menjadi variasi baru. Perubahan ciri dapat juga terjadi karena mutasi, yaitu
rusaknya kromosom karena radiasi.
c.)
Seleksi Alam
Keturunan suatu mahluk tampaknya sama dengan induk dan
saudaranya. Sebenarnya setiap mahluk ada bedanya. Contoh: Induk tikus
melahirkan tikus gesit dan tikus lambat. Yang gesit dapat banyak makan dan
selalu selamat dari hewan pemangsa. Yang lamban kurang makan dan mudah dimangsa
hewan lain. Tikus gesit akan bertahan hidup, tikus lamban akan punah. Jadi,
alam menyeleksi mahluk seperti apa yang akan tetap hidup.
4)
Teori Evolusi, menurut:
a.)
Alfred R Wallace:
Dianggap sebagai
pencetus Evolusi bersama Charles R Darwin Ia lebih banyak melakukan penelitian
di Kepulauan Indonesia dan menghasilkan kesimpulan yang samatentang adanya
seleksi alam. Bukunya yang terkenal adalah “The Malay Archipelago” (1869) dan
“Contributions to the Theory OF Natural
Selection “ (1870) Namanya diabadikan
sebagai garis batas sebaran hewan berkantung dan hewan berari-ari di
kepulauan Indonesia
.
b.)
Charles R Darwin:
Mengemukakan Teori
evolusi dalam bukunya “The Origins of Species by Means of Natural Selection:
[Asal Usul Spesies karena Seleksi Alam]”, yang menggemparkan masyarakat Eropa
pada tahun 1859, Ia melakukan serangkaian penelitian di Amerika Tengah, terutama
di Pulau Galapagos dalam wkspedisi kapal peneliti Beagla[1831 – 1836]. Masalah
evolusi manusia, ia tulis dalam bukunya “ The Descent of Man” [1871].
5)
Tahap perkembangan fauna di Indonesia:
Setelah Kepulauan Indonesia terbentuk, jajaran
pulau-pulau ini menjadi lingkar daratan Asia, dan ketika permukaan air laut
turun pada Jaman Es, sebagian pulau-pulau itu bergabung dengan daratan Asia
menjadi Paparan Sunda.
Adanya jembatan darat dari Asia ke Kepulauan Indonesia
bagian barat memungkinkan berbagai mahluk yang hidup di Asia mulai bermigrasi
dan menghuni kepulauan Indonesia.
Pada awalnya, sejak akhir Pleiosen hingga awal Pleiosen
Tengah (2 juta hingga 800 ribu tahun lalu), kebanyakan hewan yang bermigrasi
berasal dari Asia Tengah, karena itu fauna tersebut dikenal sebagai
Siva-Malaya, diantaranya kuda sungai purba, Tetralophodon, Stegodon (gajah
purba), rusa, menjangan banteng purba, serta kura-kura raksasa.
Pada tahap berikutnya lebih banyak bermigrasi fauna dari
Daratan Asia Tenggara dan Cina Selatan, di antaranya beruang, tapir dan gibbon.
Fana pendatang yang lebih baru ini dikenal sebagai Sino-Malaya.
è Ekonomi
Hasil Interview terhadap barang yang dijual belikan di pasar Klewer,
Surakarta
NO
|
NAMA BARANG
|
HARGA
|
PRODUKSI
|
||
Eceran
|
Grosir
|
Rumah
|
Pabrik
|
||
1
|
Kaos Oblong “Solo”
|
Rp
30.000
|
Rp
25.000
|
|
|
2
|
Blangkon
|
Rp 35.000
|
Rp
27.000
|
|
|
3
|
Tas Batik
|
Rp
30.000
|
Rp
25.000
|
|
|
4
|
Baju Batik
|
Rp
50.000
|
Rp
35.000
|
|
|
5
|
Sandal
|
Rp
20.000
|
Rp
10.000
|
|
|
6
|
Aksesoris
|
Rp
10.000
|
Rp
8.000
|
|
|
7
|
Souvenir
|
Rp
50.000
|
Rp
40.000
|
|
PENUTUP:
Ø Kesimpulan
è Geografi
1)
Penemuan Hubble
menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya
sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan
bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan
Dentuman Besar.
2)
Zaman Pra-Kambrium adalah zaman paling tua.
3)
Di Sangiran
terdapat 4 formasi batuan. Yaitu Formasi Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi
Kabuh, dan Formasi Notopuro.
4)
Profil tanah
Sangiran terdapat 5 profil tanah di Sangiran, yaitu: Breksi Vulkanik Notopuro, Pasir
dan tufa kabuh, Grenzbank, Lempung hitam Pucangan, dan Lempung Kalibeng.
5)
Di Sangiran
terdapat berbagai macan batuan, seperti: Batu Rijang, Batu Meteor, Batu Kalsedon, Batu
Konkresi, Batu Konkresi, Batu Cetakan (Steinkern), Batu Koral, Batu
Diatome, Batu Gamping Moluska, Batu Gamping Foraminifera, dan Endapan Mud
Vulcano.
è Sejarah
1)
Sejarah Museum
Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald
sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto
Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu
2)
Di Museum Sangiran
terdapat: Fosil Manusia Purba seperti Australopithecus Africanus,
Modjokertensis Pithecanthropus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus
Soloensis, Homo Neanderthals of Europe, Asia Homo Neanderthal, and Homo Sapiens. Dan Fosil batuan / alat batu seperti serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola
batu dan kapak perimbas-penetak. Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu
meteor, dan diatom.
3)
Pola kehidupan
manusia purba di Sangiran: Hidup berkelompok, ± 20 – 50 individu. Nomaden,
mengikuti binatang. Hidup disekitar air, sudah mempunyai kepercayaan
(dikarenakan air adalah sumber kehidupan). Sudah mengenal api ± 450.000 tahun
yang lalu
4)
Manusia purba di
Sangiran banyak ditemukan di sekitar sungai-sungai
5)
Museum Sangiran
terletak di kawasan Kubah Sangiran
6)
Di Museum sangiran
terdapat 3 ruangan yaitu: Ruang Kekayaan Sangiran, Ruang Langkah-Langkah
Kemanusiaan, dan Ruang Masa Keemasan.
7)
Manusia purba yang
di temukan di Indonesia seperti: Meganthropus paleojavanicus,
Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, Pithecanthropus
soloensis, Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
8)
Gustav
Heinrich Ralph von Koenigswald, adalah orang yang pertama kali menemukan fosil
manusia purba di Sangiran.
9)
Alat yang digunakan
manusia purba di Sangiran: Serpih dan Bilah, Serut, Gurdi, Bakal Kapak Batu seperti Batu Inti,
Bola Batu.
10) Pendapat saya bahwa manusia berasal dari kera adalah
tidak setuju, dikarenakan manusia
adalah mahluk mulia yang telah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa
è Biologi
1)
Di Museum Sangiran
juga terdapan fosil-fosil hewan purba seperti fosil-fosil hewan purba bertulang
belakang, fosil-fosil mollusca, dan fosil tumbuhan purba.
2)
Mahluk hidup
berubah dari generasi ke generasi dikarenakan beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah: Adaptasi, Variasi,dan Seleksi Alam.
3)
Alfred R Wallace, Dianggap
sebagai pencetus Evolusi bersama Charles R Darwin Ia lebih banyak melakukan
penelitian di Kepulauan Indonesia dan menghasilkan kesimpulan yang samatentang
adanya seleksi alam.
Charles R Darwin, Mengemukakan Teori evolusi dalam
bukunya “The Origins of Species by Means of Natural Selection: [Asal Usul
Spesies karena Seleksi Alam]”
4)
Sejak akhir
Pleiosen hingga awal Pleiosen Tengah (2 juta hingga 800 ribu tahun lalu),
kebanyakan hewan yang bermigrasi berasal dari Asia Tengah, karena itu fauna
tersebut dikenal sebagai Siva-Malaya, diantaranya kuda sungai purba,
Tetralophodon, Stegodon (gajah purba), rusa, menjangan banteng purba, serta
kura-kura raksasa.
è Ekonomi
1)
Aksesoris adalah
salah satu barang di pasar Klewer yang cara memperoleh barangnya dengan
memproduksi sendiri tanpa harus membeli ke pabrik lain oleh pedagang yang kami
Interview
Ø Saran
m Sebaiknya tempat-tempat wisata
tersebut lebih dikembangkan sarana dan prasarananya. Agar lebih menimbulkan
daya tarik bagi para pengunjung.
m Sebaiknya koleksi di Museum
Sangiran diperbanyak agar pengunjung lebih betah melihat-lihat dan belajar di
Museum Sangiran.
m Sebaiknya koleksi di Museum
Sangiran lebih di simpan dengan aman agar tidak mudah dipegang-pegang atau
dirusak oleh pengunjung yang kadang penasaran terhadap benda tersebut
m Sebaiknya Museum Sangiran
ditambah metode pembelajaran untuk anak-anak, agar anak-anak mau belajar
tentang sejarah di Museum Sangiran.
DAFTAR PUSTAKA:
·
Moelyadi dan Widiasmoro. 1978. Laporan Penyelidikan
Biologi Daerah Sangiran Jawa Tengah. Yogyakarta : Bagian Tehnik Geologi
Fakultas Tehnik UGM.
·
Soerdjono, R.P. ed. 1975. Jaman Prasejarah di
Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,
·
Soerastopo Hadisumarno. 1972. Geomorfologi
Pergunungan Kubah Sangiran Jawa, Indonesia. Reprinted from the journal ilmu
alam.
·
Widiasmoro. 1982. Lingkungan Pengendapan Formasi
Pucangan dan Kabuh, serta Hubungannya dengan Penafsiran Daerah Pemukiman
Phitecanthropus di Sangiran Jawa Tengah. Jakarta : Proyek Penelitian Purbakala
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
·
Hidayat, Drs. Rusmulia Tjiptadi, dkk. 2004. Museum Situs
Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba Beserta Situs dan Lingkungannya.
Sangiran: Koperasi Museum Sangiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar